Terkadang, hidup tak semanis gula. ada saat dimana kuasakan pahitnya hidup. itu semua diatur oleh Yang Di Atas.
terkadang, ku mengeluh saat kurasa hidup tak adil padaku. Itu dulu, sekarang, gak lagi.
Tlah kubiarkan hidup ini mengalir layaknya air. Kusadari, tak ada yang perfect di dunia ini.
Kita, Makhluk (yang diciptakan) bukan Khalik (pencipta).
Senang, sedih, happy, gembira, susah, senang, sudah patutnya kita syukuri. Karena Allah benci kepada orang yang kufur.
Jumat, 17 Mei 2013
belajar selagi hidup
Terkadang, hidup tak semanis gula. ada saat dimana kuasakan pahitnya hidup. itu semua diatur oleh Yang Di Atas.
terkadang, ku mengeluh saat kurasa hidup tak adil padaku. Itu dulu, sekarang, gak lagi.
Tlah kubiarkan hidup ini mengalir layaknya air. Kusadari, tak ada yang perfect di dunia ini.
Kita, Makhluk (yang diciptakan) bukan Khalik (pencipta).
Senang, sedih, happy, gembira, susah, senang, sudah patutnya kita syukuri. Karena Allah benci kepada orang yang kufur.
terkadang, ku mengeluh saat kurasa hidup tak adil padaku. Itu dulu, sekarang, gak lagi.
Tlah kubiarkan hidup ini mengalir layaknya air. Kusadari, tak ada yang perfect di dunia ini.
Kita, Makhluk (yang diciptakan) bukan Khalik (pencipta).
Senang, sedih, happy, gembira, susah, senang, sudah patutnya kita syukuri. Karena Allah benci kepada orang yang kufur.
Sabtu, 04 Mei 2013
hidup itu... NANO-NANO
Manisnya hidup kita rasakan ketika kita sedang dalam keadaan senang. Misalnya, permintaan kita dikabulkan oleh Allah yang Maha Pemurah, kita menerima berkat melimpah, berbagai urusan hidup (seperti pekerjaan atau studi) berjalan lancar, dsb. Di saat-saat seperti inilah, kita merasa Tuhan begitu mengasihi kita. Segala sesuatunya beres. Tidak ada masalah. Kita senang. Kita menyambut ajakan pemazmur, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!” (Mzm. 34:9). Kita mengecap kebaikan-Nya, dan kebaikan-Nya itu terasa manis.
Namun, seperti halnya tidak semua yang masuk ke mulut itu selalu manis, maka tidak selalu hal-hal indah sajalah yang kita alami dalam hidup. Hidup kita justru sering dirundung masalah. Di saat-saat seperti inilah, kita merasakan kepahitan dalam hidup kita. Kepahitan hidup bisa berupa hal-hal yang pribadi: putusnya hubungan dengan seseorang, rasa dukacita karena ditinggal oleh orang yang kita kasihi, mengalami sakit-penyakit, harapan yang tak kunjung tercapai, mengalami tuduhan palsu, dsb. Kepahitan hidup juga bisa bersifat komunal, seperti: bencana alam, perang, dan perselisihan antar golongan. Di saat-saat seperti ini, kita merasa hidup sungguh pahit. Kita bahkan meragukan kehadiran Allah. Tidak jarang kita merasa Allah membisu. Pemazmur pun merasakan hal demikian. Ia bahkan berseru dengan jujur, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku” (Mzm. 22:1).
Bagian kitab Pengkhotbah yang kita bahas sekarang berkaitan dengan misteri, teka-teki yang kita hadapi dalam berbagai situasi dalam hidup,situasi yang membuat kita bertanya, “kenapa? Kenapa harus terjadi pada saya?”
Beberapa dari anda pernah muda seperti lagu dari Victor Herbert ditulis bertahun-tahun yang lalu, Ah, Sweet Mystery of Life . Jawaban dia terhadap misteri hidup adalah cinta: "karena hanya cinta yang dicari dunia; dan hanya cinta yang bisa membalas.” Tapi penyelidik kita Raja Salomo dalam pencariannya mengerti teka-teki hidup tidak setuju dengan hal itu. Dia menemukan bahwa rahasia hidup adalah arti, kepuasan hidup seseorang. Disitulah terletak jawabannya.
Bagian ini dimulai dengan ayat 6 pasal 8, menandai akhir dari 4 pembagian besar dari kitab Pengkhotbah. Dari sini sampai akhir kitab, penulis tidak mengatakan hal baru. Dia hanya mengulangi dan memperluas pernyataan yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa arti hidup ditemukan hanya dalam hubungan sehari-hari dengan Tuhan yang hidup. Dalam bagian ini dia ingin mengingatkan kita bahwa kita harus menyadari hidup yang sebenarnya dan tidak mencoba untuk mengerti semuanya. Disini dia memberikan kita 4 alasan yang baik untuk tidak mencoba menyelesaikan semua masalah yang diberikan hidup pada kita.
Alasan pertama ditemukan diakhir pasal 8, bermula dengan ayat 16:
Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat
dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia tanpa mengantuk
siang malam, maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat
menyelami segala pekerjaan
Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari.
Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan
menyelaminya.
Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya,
namun ia tidak dapat menyelaminya.
Jumat, 03 Mei 2013
Langganan:
Postingan (Atom)