Manisnya hidup kita rasakan ketika kita sedang dalam keadaan senang.
Misalnya, permintaan kita dikabulkan oleh Allah yang Maha Pemurah, kita
menerima berkat melimpah, berbagai urusan hidup (seperti pekerjaan atau
studi) berjalan lancar, dsb. Di saat-saat seperti inilah, kita merasa
Tuhan begitu mengasihi kita. Segala sesuatunya beres. Tidak ada masalah.
Kita senang. Kita menyambut ajakan pemazmur, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!” (Mzm. 34:9). Kita mengecap kebaikan-Nya, dan kebaikan-Nya itu terasa manis.
Namun, seperti halnya tidak semua yang masuk ke mulut itu selalu
manis, maka tidak selalu hal-hal indah sajalah yang kita alami dalam
hidup. Hidup kita justru sering dirundung masalah. Di saat-saat seperti
inilah, kita merasakan kepahitan dalam hidup kita. Kepahitan hidup bisa
berupa hal-hal yang pribadi: putusnya hubungan dengan seseorang, rasa
dukacita karena ditinggal oleh orang yang kita kasihi, mengalami
sakit-penyakit, harapan yang tak kunjung tercapai, mengalami tuduhan
palsu, dsb. Kepahitan hidup juga bisa bersifat komunal, seperti: bencana
alam, perang, dan perselisihan antar golongan. Di saat-saat seperti
ini, kita merasa hidup sungguh pahit. Kita bahkan meragukan kehadiran
Allah. Tidak jarang kita merasa Allah membisu. Pemazmur pun merasakan
hal demikian. Ia bahkan berseru dengan jujur, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku” (Mzm. 22:1).
Bagian kitab Pengkhotbah yang kita bahas sekarang berkaitan
dengan misteri, teka-teki yang kita hadapi dalam berbagai situasi
dalam hidup,situasi yang membuat kita bertanya, “kenapa?
Kenapa harus terjadi pada saya?”
Beberapa dari anda pernah muda seperti lagu dari Victor Herbert
ditulis bertahun-tahun yang lalu, Ah, Sweet Mystery of Life
. Jawaban dia terhadap misteri hidup adalah cinta: "karena hanya
cinta yang dicari dunia; dan hanya cinta yang bisa membalas.”
Tapi penyelidik kita Raja Salomo dalam pencariannya mengerti
teka-teki hidup tidak setuju dengan hal itu. Dia menemukan bahwa
rahasia hidup adalah arti, kepuasan hidup seseorang. Disitulah
terletak jawabannya.
Bagian ini dimulai dengan ayat 6 pasal 8, menandai akhir dari 4
pembagian besar dari kitab Pengkhotbah. Dari sini sampai akhir
kitab, penulis tidak mengatakan hal baru. Dia hanya mengulangi dan
memperluas pernyataan yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa arti
hidup ditemukan hanya dalam hubungan sehari-hari dengan Tuhan yang
hidup. Dalam bagian ini dia ingin mengingatkan kita bahwa kita
harus menyadari hidup yang sebenarnya dan tidak mencoba untuk
mengerti semuanya. Disini dia memberikan kita 4 alasan yang baik
untuk tidak mencoba menyelesaikan semua masalah yang diberikan
hidup pada kita.
Alasan pertama ditemukan diakhir pasal 8, bermula dengan ayat
16:
Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat
dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia tanpa mengantuk
siang malam, maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat
menyelami segala pekerjaan
Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari.
Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan
menyelaminya.
Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya,
namun ia tidak dapat menyelaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar